Ketika kita jalan-jalan di Bali, kita pasti akan melihat canang sari atau persembahan sesajen dimana-mana. Ini sangat beralasan, karena seperti kita ketahui masyarakat Bali mayoritas memeluk agama Hindu. Dan persembahan canang sari atau sesajen ini adalah aktivitas rutin mereka sebagai bentuk rasa syukur kehadapan tuhan yang maha Esa.
Masyarakat Hindu Bali biasanya akan melakukan persembahan “kecil” ini setiap hari sebelum memulai aktivitasnya pekerjaannya. Canang sari yang dibuat dari daun kelapa atau janur, dihiasi bungan dan di isi dengan jajanan ringat ataupun sedikit nasi, kemudian dipersembahkan di beberapa tempat seperti; pura keluarga, halaman rumah, persimpangan jalan, depan rumah dan sekitarnya.
| Mau tau Tentang: Tradisi Nyepi di Bali
Tujuan dan Fungsi Persembahan Canang atau Sesajen Sehari-Hari.
Persembahan sesajen Bali ini diperuntukan kepada Tuhan dan juga para “buta kala” atau roh jahat yang ada disekeliling kita. Kepada Tuhan artinya wujud rasa syukur dan selalu mohon tuntunanNya supaya ditunjukan jalan yang baik saat kita beraktivitas. Sedangkan kepada “buta kala” tujuannya agar mereka tidak menggagu kegiatan aktivitas kita sehari-hari.
Selain itu ini juga merupakan salah satu bentuk “Yadnya” atau pengorbanan. Bukan hanya berupa materi yang dipersembahkan tetapi mulai dari waktu membuat dan mempersiapkan persembahan canang tersebut. Kita di ajari untuk selalu berbuat iklas mulai dari iklas meluangkan waktu, dan juga sesajen yang dipersembahkan.
Kembali lagi ke konsep suatu “keyakinan”, jika kita yakin itu adalah hal baik sudah seyogyanya kita juga akan mendapatkan hal baik dalam kehidupan. Intinya semua kepercayaan yang ada di dunia pasti akan mengajarkan kita untuk selalu berbuat baik dan iklas.
| Baca Juga: Tujuan dan Makna Upacara Potong Gigi di Bali
Bahan-Bahan untuk Membuat Sesajen
Jika kita melihat sekilas, canang sari ini sari ini tampak seperti hiasan yang terbuat dari bunga dan janur. Namun sebenarnya jika kita menelusuri lebih dalam sesajen Bali ini terdiri dari beberapa unsur yaitu:
- Plawa atau daun – daunan. Ini merupakan lambang tumbuhnya pikiran yang hening dan suci, sehingga dapat menangkal pengaruh jelek dari nafsu duniawi.
- Porosan terbuat dari pinang dan kapur yang dibungkus daun sirih. ini sebagai lambang pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Tri Murti. Pinang lambang pemujaan pada Dewa Brahma, kapur lambang pemujaan pada Dewa Siwa, sirih lambang pemujaan pada Dewa Wisnu.
- Jejahitan, reringgitan, dan tetuwasan dari daun Janur yang terlihat pada canang sari adalah sebagai lambang ketepatan dan kelanggengan pikiran dan lambang permohonan pada TYME agar alam lingkungan hidup kita selaras dan seimbang.
- Bunga adalah lambang keikhlasan. Jadi apapun hal yang ada di dunia ini wajib kita iklaskan agar kita bisa hidup tenang dan bahagia.
- Jajanan dan nasi, Bentuk wujud rasa syukur dan terima kasih kita atas anugrah yang sudah kita terima.
Dan semua bahan yang dipakai untuk membuat canang sari tersebut juga ada tatanan letaknya, tidak boleh dilakukan sembarangan semua ada urutannya.
| Baca Juga: Memahami lebih jauh tentang Kasta di Bali
Tradisi dan budaya mendukung kegiatan pariwisata Bali
Seperti kita ketahui selain keindahan alam, daya tarik pariwisata Bali adalah tradisi dan budayanya yang unik, dan satu-satunya di dunia. Sehingga tidak sedikit dari para wisatawan yang juga ingin belajar lebih jauh tentang ini. Yang paling simpel yaitu belajar membuat canang sari. Bahkan ada tempat khusus untuk belajar tentang tradisi budaya untuk para wisatawan.
Hal lucu yang sering terjadi yaitu ketika para wisatawan jalan-jalan di Bali, dan tanpa sengaja menginjak canang atau persembahan tersebut. Mereka tampak sangat ketakutan dan merasa sangat bersalah. Dan sesungguhnya hal ini tidak perlu di khawatirkan, tidak akan ada hal salah jika itu tidak dilakukan sengaja. Juga tidak akan berpengaruh negatif apapun. Alasannya karena persembahan itu sudah selesai dilakukan, secara fungsi itu sudah berlalu. Namun walaupun demikian sangat tidak baik jika dilakukan dengan sengaja menginjak ataupun menendangnya.
Kesimpulan
Umat Hindu di Bali melakukan persembahan canang atau sesajen sehari-hari bertujuan untuk mengucapkan puji syukur kepada hyang maha pencipta, atas segala bentuk anugrah yang diterima. Dan selalu memohon untuk diberikan kesehatan serta ditunjukan jalan terbaik kedepannya.
Selain itu umat hindu Bali juga sangat percaya dengan adanya “Ruwa Bineda” yaitu hal Baik dan Buruk tidak akan pernah bisa dipisahkan dari dunia ini. Seperti siang dan malam, hitam dan putih, bumi dan langit. Semua itu akan selalu ada dalam kehidupan kita. Oleh karena itu hal yang bisa dilakukan yaitu menjaga keseimbangan dari keduannya. Persembahan canang atau sesajen ini adalah salah satu cerminannya. Persembahan kepada “buta kala” dengan harapan kita tidak diganggu saat melakukan aktivitas sehari-hari.